Search This Blog

Wednesday, November 9, 2016

6 Ciri TK Ideal untuk Anak


Si Kakak (Kaleela Abirah Nawma), sekarang usianya udah 4 tahun. Kayak emak-emak kebanyakan yang punya anak usia toddler, aku pun mengalami kegalauan yang sama buat milih TK (Taman Kanak-kanak) buat si Kakak. Kemaren waktu Kakak umur 3 tahun, aku galau, mau nyekolahin Kakak ke PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) ato engga.

Setelah ngobrol panjang kali lebar sama emak-emak yang anaknya udah lebih dulu sekolah, aku pun mutusin buat ga nyekolahin Kakak di Paud. Biar nanti ga bosen, pikirku. Lagipula, TK dua tahun aku pikir merupakan waktu yang cukup sebagai ajang kakak interaksi sama teman-teman sebaya. Akhirnya, si Kakak pun ga ikutan Paud.

Itu kegalauan tahun lalu, ya. Hahaha. Sekarang kegalauannya udah beda lagi. “Kira-kira Kakak nanti sekolah TK dimana, enaknya?” Berbekal ngobrol #lagi-lagi# sama para Emaks yang udah duluan nyekolahin anaknya, aku pun akhirnya memutuskan dua tipe sekolah buat Kakak. Satu, sekolah yang fokus sama akademik. Dua, sekolah yang bukan hanya fokus sama akademik, tapi juga fokus sama ilmu Agama, dalam artian TKIT (Taman Kanak-kanan Islam Terpadu).

Setelah menyaring sana sini TKIT deket rumah, akhirnya aku pun nemuin sekolah yang menurut aku ideal dan bagus buat Kakak. Tapi nih ya, begitu aku denger-denger lagi biaya masuknya (ngitung juga kenaikan biaya sekolahnya untuk tahun depan pas waktunya Kakak masuk), jreeeng, “kog ya mahal banget, berasanya?” #Nangisguling-guling.

Kembalilah, aku galau. Hahaha. Galau mulu perasaan, ya. Wakakakakak.  Aku pun kembali ngobrol sama The Emaks. Dari hasil obrolan yang dalam dan mendetail, aku pun mengambil kesimpulan, “Gak apa apa, ambil sekolah yang mahal. Toh, anak itu bisa dibilang aset dan investasi. Masa depan mereka nantinya dipengaruhi sama gimana kita mendukung fasilitas belajar mereka sekarang. Buat anak, apa sih, yang engga?”.

Hahaha. Terdengar sarkastis, memang. Tapi, kebanyakan the Emaks yang aku wawancara jawabannya pasti gitu. Aku pun mulai berpikir dan sedikit terpengaruh sama jawaban itu. “Hm, gitu ya? Tapi iya juga sih, ada benernya juga,” gitu batinku. Waktu kebetulan Ibukku telpon, aku pun kembali menanyakan hal yang sama. Apakah memang harus sekolah mahal, biar anak tumbuh jadi pribadi yang berprestasi, dan ke depannya bakalan sukses?”

Ga disangka, jawaban Ibu’ malah bikin kaget. Dengan santainya beliau, yang seorang Guru Fisika di salah satu SMPN di Bangka bilang gini : “Ga harus gitu juga sih. Thoh, anak-anak Ibu’, Tknya sekolah di TK biasa. Selanjutnya bisa sekolah di SD, SMP, SMA, bahkan kuliah di tempat yang favorit. Jadi TK mahal ga bisa dijadikan penentu masa depan anak,” Hmm,,emang bener juga, sih. Anggi #Adekku yang nomor2# bahkan bisa masuk UGM.

Padahal dia sekolah TK yang menurut aku jelek. Bagusan TK ku dulu. (Hidup TK Trisula Pangkalpinang. Hahaha). Jiah,,,jadi mangkin bingung bin galau, deh eikeh. Sampai akhirnya,,,jeng jeng jengggg,,,,,,#backsoundnya kayak backsound di Film Suzanna. Hahaha# Kegalauanku pun sirna sudah, kayak noda dikucek pake Rinso, hahaha.

Gara-garanya apa, cobak? Aku dateng ke workshopnya Dr Thomas Armstrong, seorang Pakar Multiple Intellegencess dari Amerika. Beliau ngasih tau nih, TK kayak apa sih yang harusnya dipilih buat Anak kita. Oke, Moms, Check this Out, yaaa.

·         TK yang fokus pengajarannya bukan hanya pada akademik (word smart dan number smart), tetapi juga pada 6 kecerdasan lainnya (picture smart, self smart, nature smart, body smart, music smart, people smart).
Menurut Dr Thomas, kebanyakan sekolah selama ini hanya memfokuskan diri pada kegiatan akademik. Beliau pun menyuruh peserta memilih antara TK yang fokus pada akademik, word and number smart, atau developmental pre school, TK yang kegiatannya banyak bernyanyi, main drama, dan melakukan kegiatan di alam.
Bisa ditebak dong, semua peserta workshop tentu memilih TK kedua. “Beda keduanya jauh banget. Developmental Preschool fokus bukan hanya di dua kepintaran, tetapi delapan kepintaran,” ujar Dr Thomas.

·        TK yang punya ruang buku dan ruang untuk anak-anak bisa mendengarkan story telling.
·      TK yang tidak mengajarkan cara spesifik untuk berhitung atau membaca sampai setidaknya anak berada di TK B.
·       TK yang memberi ruang untuk bereksperimen sederhana, seperti memadukan warna (contoh jika warna A dicampur dengan warna B akan menghasilkan warna apa, dengan menggunakan pewarna yang diletakkan di dalam sebuah tabung, lalu dicampur dengan pewarna lain, dsb).
·      TK yang memiliki ruang ekspressi, baik untuk bermain drama, misalnya, atau bermain musik. Karena menurut DR Thomas, jika music smart berkembang, maka secara otomatis number smart juga bisa berkembang.
·      TK yang punya hewan peliharaan, atau kebun kecil, agar anak bisa mengembangkan nature smartnya, atau setidaknya agar anak memiliki kegiatan di dunia luar.

Ga hanya itu, Dr Thomas juga menekankan jika orang tua seharusnya tidak memilih TK yang hanya membuat anak-anak duduk diam di kelas sepanjang hari. Menurutnya, hal tersebut dapat mencuri waktu untuk otak anak berkembang semestinya, dan mempengaruhi jenis kepintaran lain.

“Duduk diam aja tuh ga baik untuk anak. Anak itu harus banyak gerak, dan banyak main. Orang tua seharusnya curiga jika sekolah hanya menghabiskan waktu anak untuk duduk saja, entah itu duduk di lingkaran, duduk mengelilingi meja, dan lain-lain,” kata Dr Thomas. #Yang tentunya aku terjemahkan secara bebas pake bahasa slank kita, biar bacanya ga bosen. Hahaha. )Tapi bener, kog, Dr Thomas beneran ngomong gitu, in english.) :D




Pamulang, 9 November 2016. Udah ga pusing lagi, sama artikel parenting, makanya ngetik ini lagi. Hahaha.

7 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. Bikin saya mikir ulang PG yang mau saya tuju. Btw, saya ijin share ya mba. Udah saya share juga sih hehhehe

    ReplyDelete
  3. @Lasma Frida: siappp,,sama2..seneng bisa share :)

    ReplyDelete
  4. wahh, kayanya aku mau jadi murid tk lagi klo dimasukin tk yang ada kebun kecil sama hewan peliharaannya,hihihi. muridnya pasti semangat masuk deh:D

    ReplyDelete
  5. Semua yang Dr.Thomas bilang, i agree 100%. Alhamdulilah TK Islam anakku menerapkan sistem sentra di mana anak seharian muter ke kelas Leadership, Seni, Balok dan Logic+Math. Gak duduk diam di satu kelas aja, setiap hari begitu. Kemudian calistung juga cuma diajarin sambil main dan bukan merupakan target samasekali di TK ini. Plus.....TK ini punya semacam Ecopark sendiri, yang jadi tempat buat anak-anak belajar nanam dan manen sayur-sayuran, ngasih makan ikan, ngasih makan burung dll. Punya yayasannya sih Ecopark mini ini. Eeeh jadi panjang komennya. Last but not least aku juga pernah bikin postingan begini di blogku mbak. Salam kenal yaaa

    ReplyDelete
  6. @ Dewi Ratih :iya mba,,,aku juga mau,,hahahah. tiap hari bisa kasi makan kelinci,,ato ayam,,,wkwkwkwk. sayangnya dulu tk ku ga ada gitu2an hahaha

    ReplyDelete
  7. @Imelda Sutarno : iyak mba,,,mudah2an juga Kaleela bisa sekolah yang ideal kayak TKIT anak mba Imelda :) Pengen banget bisa nyekolahin si Kakak di tmpat yang gitu,,jadi selain fun, 8 Kecerdaasan yang dia punya juga bisa berkembang optimal,,thanks sharingnya mba,,salam kenal jugaa :)

    ReplyDelete