Si Kakak (Kaleela Abirah Nawma),
sekarang usianya udah 4 tahun. Kayak emak-emak kebanyakan yang punya anak usia
toddler, aku pun mengalami kegalauan yang sama buat milih TK (Taman
Kanak-kanak) buat si Kakak. Kemaren waktu Kakak umur 3 tahun, aku galau, mau
nyekolahin Kakak ke PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) ato engga.
Setelah ngobrol panjang kali
lebar sama emak-emak yang anaknya udah lebih dulu sekolah, aku pun mutusin buat
ga nyekolahin Kakak di Paud. Biar nanti ga bosen, pikirku. Lagipula, TK dua
tahun aku pikir merupakan waktu yang cukup sebagai ajang kakak interaksi sama
teman-teman sebaya. Akhirnya, si Kakak pun ga ikutan Paud.
Itu kegalauan tahun lalu, ya. Hahaha.
Sekarang kegalauannya udah beda lagi. “Kira-kira Kakak nanti sekolah TK dimana,
enaknya?” Berbekal ngobrol #lagi-lagi# sama para Emaks yang udah duluan
nyekolahin anaknya, aku pun akhirnya memutuskan dua tipe sekolah buat Kakak. Satu,
sekolah yang fokus sama akademik. Dua, sekolah yang bukan hanya fokus sama akademik,
tapi juga fokus sama ilmu Agama, dalam artian TKIT (Taman Kanak-kanan Islam
Terpadu).
Setelah menyaring sana sini TKIT
deket rumah, akhirnya aku pun nemuin sekolah yang menurut aku ideal dan bagus
buat Kakak. Tapi nih ya, begitu aku denger-denger lagi biaya masuknya (ngitung
juga kenaikan biaya sekolahnya untuk tahun depan pas waktunya Kakak masuk),
jreeeng, “kog ya mahal banget, berasanya?” #Nangisguling-guling.
Kembalilah, aku galau. Hahaha. Galau
mulu perasaan, ya. Wakakakakak. Aku pun
kembali ngobrol sama The Emaks. Dari hasil obrolan yang dalam dan mendetail,
aku pun mengambil kesimpulan, “Gak apa apa, ambil sekolah yang mahal. Toh, anak
itu bisa dibilang aset dan investasi. Masa depan mereka nantinya dipengaruhi
sama gimana kita mendukung fasilitas belajar mereka sekarang. Buat anak, apa
sih, yang engga?”.
Hahaha. Terdengar sarkastis,
memang. Tapi, kebanyakan the Emaks yang aku wawancara jawabannya pasti gitu. Aku
pun mulai berpikir dan sedikit terpengaruh sama jawaban itu. “Hm, gitu ya? Tapi
iya juga sih, ada benernya juga,” gitu batinku. Waktu kebetulan Ibukku telpon, aku
pun kembali menanyakan hal yang sama. Apakah memang harus sekolah mahal, biar
anak tumbuh jadi pribadi yang berprestasi, dan ke depannya bakalan sukses?”
Ga disangka, jawaban Ibu’ malah
bikin kaget. Dengan santainya beliau, yang seorang Guru Fisika di salah satu
SMPN di Bangka bilang gini : “Ga harus gitu juga sih. Thoh, anak-anak Ibu’, Tknya
sekolah di TK biasa. Selanjutnya bisa sekolah di SD, SMP, SMA, bahkan kuliah di
tempat yang favorit. Jadi TK mahal ga bisa dijadikan penentu masa depan anak,”
Hmm,,emang bener juga, sih. Anggi #Adekku yang nomor2# bahkan bisa masuk UGM.
Padahal dia sekolah TK yang
menurut aku jelek. Bagusan TK ku dulu. (Hidup TK Trisula Pangkalpinang. Hahaha).
Jiah,,,jadi mangkin bingung bin galau, deh eikeh. Sampai akhirnya,,,jeng jeng
jengggg,,,,,,#backsoundnya kayak backsound di Film Suzanna. Hahaha# Kegalauanku
pun sirna sudah, kayak noda dikucek pake Rinso, hahaha.
Gara-garanya apa, cobak? Aku dateng
ke workshopnya Dr Thomas Armstrong, seorang Pakar Multiple Intellegencess dari
Amerika. Beliau ngasih tau nih, TK kayak apa sih yang harusnya dipilih buat
Anak kita. Oke, Moms, Check this Out, yaaa.
·
TK yang fokus pengajarannya bukan hanya pada
akademik (word smart dan number smart), tetapi juga pada 6 kecerdasan lainnya (picture
smart, self smart, nature smart, body smart, music smart, people smart).
Menurut Dr Thomas, kebanyakan sekolah selama ini hanya
memfokuskan diri pada kegiatan akademik. Beliau pun menyuruh peserta memilih
antara TK yang fokus pada akademik, word and number smart, atau developmental
pre school, TK yang kegiatannya banyak bernyanyi, main drama, dan melakukan
kegiatan di alam.
Bisa ditebak dong, semua peserta workshop tentu
memilih TK kedua. “Beda keduanya jauh banget. Developmental Preschool fokus
bukan hanya di dua kepintaran, tetapi delapan kepintaran,” ujar Dr Thomas.
· TK yang punya ruang buku dan ruang untuk
anak-anak bisa mendengarkan story telling.
· TK yang tidak mengajarkan cara spesifik untuk
berhitung atau membaca sampai setidaknya anak berada di TK B.
· TK yang memberi ruang untuk bereksperimen
sederhana, seperti memadukan warna (contoh jika warna A dicampur dengan warna B
akan menghasilkan warna apa, dengan menggunakan pewarna yang diletakkan di
dalam sebuah tabung, lalu dicampur dengan pewarna lain, dsb).
· TK yang memiliki ruang ekspressi, baik untuk
bermain drama, misalnya, atau bermain musik. Karena menurut DR Thomas, jika
music smart berkembang, maka secara otomatis number smart juga bisa berkembang.
· TK yang punya hewan peliharaan, atau kebun
kecil, agar anak bisa mengembangkan nature smartnya, atau setidaknya agar anak
memiliki kegiatan di dunia luar.
Ga hanya itu, Dr Thomas juga
menekankan jika orang tua seharusnya tidak memilih TK yang hanya membuat
anak-anak duduk diam di kelas sepanjang hari. Menurutnya, hal tersebut dapat
mencuri waktu untuk otak anak berkembang semestinya, dan mempengaruhi jenis
kepintaran lain.
“Duduk diam aja tuh ga baik untuk
anak. Anak itu harus banyak gerak, dan banyak main. Orang tua seharusnya curiga
jika sekolah hanya menghabiskan waktu anak untuk duduk saja, entah itu duduk di
lingkaran, duduk mengelilingi meja, dan lain-lain,” kata Dr Thomas. #Yang tentunya
aku terjemahkan secara bebas pake bahasa slank kita, biar bacanya ga bosen. Hahaha.
)Tapi bener, kog, Dr Thomas beneran ngomong gitu, in english.) :D
Pamulang, 9 November 2016. Udah ga pusing lagi, sama artikel parenting,
makanya ngetik ini lagi. Hahaha.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteBikin saya mikir ulang PG yang mau saya tuju. Btw, saya ijin share ya mba. Udah saya share juga sih hehhehe
ReplyDelete@Lasma Frida: siappp,,sama2..seneng bisa share :)
ReplyDeletewahh, kayanya aku mau jadi murid tk lagi klo dimasukin tk yang ada kebun kecil sama hewan peliharaannya,hihihi. muridnya pasti semangat masuk deh:D
ReplyDeleteSemua yang Dr.Thomas bilang, i agree 100%. Alhamdulilah TK Islam anakku menerapkan sistem sentra di mana anak seharian muter ke kelas Leadership, Seni, Balok dan Logic+Math. Gak duduk diam di satu kelas aja, setiap hari begitu. Kemudian calistung juga cuma diajarin sambil main dan bukan merupakan target samasekali di TK ini. Plus.....TK ini punya semacam Ecopark sendiri, yang jadi tempat buat anak-anak belajar nanam dan manen sayur-sayuran, ngasih makan ikan, ngasih makan burung dll. Punya yayasannya sih Ecopark mini ini. Eeeh jadi panjang komennya. Last but not least aku juga pernah bikin postingan begini di blogku mbak. Salam kenal yaaa
ReplyDelete@ Dewi Ratih :iya mba,,,aku juga mau,,hahahah. tiap hari bisa kasi makan kelinci,,ato ayam,,,wkwkwkwk. sayangnya dulu tk ku ga ada gitu2an hahaha
ReplyDelete@Imelda Sutarno : iyak mba,,,mudah2an juga Kaleela bisa sekolah yang ideal kayak TKIT anak mba Imelda :) Pengen banget bisa nyekolahin si Kakak di tmpat yang gitu,,jadi selain fun, 8 Kecerdaasan yang dia punya juga bisa berkembang optimal,,thanks sharingnya mba,,salam kenal jugaa :)
ReplyDelete